PR Sebagai Manusia

PR Consultant Jakarta – Prominent PR – PR tidak akan berjalan sempurna apabila beroperasi otomatis dan digantikan oleh artificial intelligence. Manusia tetap berperan sebagai kunci keberhasilan dalam semua instrument yang ada dalam PR.

Sampai saat ini masyarakat, tak terkecuali praktisi PR, sering sekali terjebak di euforia suatu era tanpa memahami proses dan bagaimana teknologinya. Contohnya ketika era industri 4.0 mulai dikenal, kita terlalu fokus pada artificial intelligence, robotic, dan big data. Semua melupakan bahwa ada peran manusia yang menggerakkan di balik perangkat teknologi canggih tersebut.

Hal tersebut berdampak pada masyarakat yang gagap ketika berhadapan dengan resiko yang ditimbulkan oleh era tersebut. Seperti yang diketahui, akses negatif era Revolusi Industri 4.0 adalah lahirnya berita palsu dan produsen-produsen hoaks. 

Manusia sebagai komponen terpenting dalam Revolusi Industri 4.0 tetap memegang peranan terpenting. Kemampuan manusia harus dibangun dan diupgrade agar mampu memanfaatkan teknologi yang tercipta. Sayangnya, prinsip inilah yang kini sering dilupakan banyak orang.

Mari kita beralih ke berita hoaks yang sebelumnya disebutkan. Hoaks yang beredar tentang perusahaan dapat mengakibatkan krisis pada perusahaan, untuk itu perlu diketahui pula bahwa hoaks tidak bisa terdiseminasi seketika. Penyebar hoaks telah memiliki data awal dan melakukan pemetaan (mapping process) sebelumnya. Proses ini tentu dapat dilakukan melalui media sosial. Untuk dapat menghadapi ini, tentunya kita harus memahami prosesnya terlebih dahulu.

Untuk melawan berita palsu dan hoaks, PR harus bertindak dan bekerja selayaknya intelijen. Hal termudah adalah mendapatkan open source intelligence dari internet. Saat ini intelijen tidak hanya menjadi konsumsi di militer melainkan kebutuhan semua pihak.

Saat ini terdapat lembaga yang menyediakan tools bernama fact checking meskipun belum 100 persen akurat, namun tools ini dapat dijadikan alat bantu untuk mendeteksi berita hoaks. Selain menggunakan fact checking, masyarakat juga bisa mendeteksi berita hoaks melalui cross reference. Cross reference sendiri yaitu, jika berita tidak dimuat di media mainstream dan situs berita yang kredibel, maka berita itu kemungkinan besar adalah berita hoaks.

Terlepas dari era apapun itu, seorang praktisi PR handal harus siap mengikuti perkembangan zaman. Tentu saja PR harus paham strateginya. Ilmu PR itu ilmu siasat yang mewajibkan pelakunya paham cara berpikir. Jadi ibarat sedang menghadapai perang, kita harus paham strategi yang akan digunakan dalam perang tersebut. Contoh, perang dalam industri PR adalah saat perusahaan mengalami krisis. Di sini, PR harus menyusun siasat manajemen krisis. Praktisi PR juga harus senantiasa mengasah kemampuan, tidak berhenti belajar, inovatif, dan mengembangkan diri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *